Pelestarian Hutan Hujan Tropis di Distrik Senopi
Artikel ini adalah terjemahan dari artikel saya dalam bahasa Inggris berjudul: Tropical Rainforest Preservation. Sudah agak lama saya mencoba membantu masyarakat adat Papua melestarikan hutan hujan mereka melalui promosi skema eko-wisata bagi Pegunungan Tambrauw, Pegunungan Arfak dan Gunung Meja. Tujuan dari promosi tersebut adalah untuk menarik wisatawan ke Manokwari sehingga mereka bisa menikmati keindahan alam dari hutan yang keanekaragaman hayatinya (biodiversity) tinggi sekali, serta pada saat yang sama memberikan dukungan finansial bagi para penyedia jasa yang kebanyakan dijalankan oleh masyarakat asli Papua. Ancaman baru bagi hutan hujan tropis Papua terjadi setiap hari, mulai dari penebangan yang melanggar hukum (illegal logging) sampai pada pembersihan hutan buat perkebunan kelapa sawit. Ketika program wisata yang bertanggung jawab ini bisa menyediakan pekerjaan dan mendatangkan penghasilan bagi orang-orang Papua, mereka tidak akan tertarik menyerahkan hutan mereka kepada perusahaan penebangan kayu dan korporasi perkebunan sawit yang sekarang mengancam setiap inch per segi dari hutan Papua. Kalau tidak ada hutan maka tidak ada turis, dan tidak ada turis berarti tidak ada uang.
Di samping menonton burung-burung surga, wisatawan dapat pula menyaksikan bermacam-macam binatang tropis seperti kuskus, kanguru pohon, babi hutan dan burung-burung indah lainnya seperti taun-taun, dan kakaktua putih berjambul kuning.
Kampung Senopi di Pegunungan Tambrauw
Senopi adalah sebuah distrik sekitar 200 kilometer jauhnya dari kota Manokwari. Kebanyakan wilayah itu masih ditutupi oleh hutan hujan tropis. Kebar sebagai distrik yang bertetangga dengannya memiliki savanah yang terluas di wilayah kepala burung Papua Barat. Beberapa turis telah mengunjungi Senopi. Mereka pergi ke sana untuk melihat burung-burung surga berdansa di cabang dan ranting-ranting pohon yang terletak sekitar 2 jam perjalanan dari kampung Senopi. Pagi-pagi sekali dan di sore hari sebelum matahari terbenam, burung surga jantan berkumpul di sebuah pohon untuk mementaskan tarian percintaan untuk memikat burung-burung Cendrawasih betina yang adalah penonton mereka sendiri. Ini adalah adegan yang indah sekali di mata para pencinta alam.
Waktu terbaik untuk melihat burung-burung adalah di pagi hari. Mereka biasanya bisa ditemukan di pepohonan yang sedang berbunga atau berbuah. Tidak sulit mencapai Senopi. Ketika telah tiba di Manokwari, Anda bisa pergi ke YAT Losmen atau menghubungi saya via email: peace4wp@gmail.com untuk mengatur perjalanan Anda ke kampung itu.
Daya tarik pariwisata lainnya di Senopi adalah populasi rusa (Cervus Timorensis) yang Anda akan sering lihat ketika sedang menjelajahi hutan di distrik itu. Lebih banyak spesies burung bisa dilihat di Bukit Aiwatar yang terletak sekitar 4 jam berjalan kaki dari Senopi. Lebih baik bagi Anda untuk bermalam di tepi Sungai Kamundan dan pagi-pagi sekali mendaki bukit itu untuk melihat burung-burung meminum air asin yang keluar dari dalam tanah hingga mereka mabuk.
Saya telah banyak sekali melakukan perjalanan dalam beberapa bulan terakhir ini untuk mengambil foto burung, kupu-kupu, terumbu karang, dan ikan hias serta apa saja yang menunjukkan keanekaragaman hayati yang tinggi dari tropical rainforest dan terumbu karang (coral reef) Papua Barat. Namun perjalanan bird watching saya ke Bukit Aiwatar adalah salah satu pengalaman yang paling berkesan. Sayang sekali, pusat pengamatan burung ini tidak dikenal di kalangan komunitas birder di seluruh dunia.
Harapan saya, meningkatnya jumlah wisatawan yang pergi ke Senopi akan membantu penduduk asli Papua meningkatkan taraf hidup mereka dan pada saat yang sama melindungi hutan dan lingkungan hidup di sekitar mereka demi generasi-generasi Papua yang akan datang. oleh Charles Roring
0 komentar:
Posting Komentar